Penyebab lain dari kanker payudara masih belum dapat dipastikan, namun ada beberapa faktor yang bila kita mempunyai salah satu faktor tersebut maka kemungkinan untuk terkena kanker payudara lebih tinggi daripada orang lain yang tidak mempunyai faktor tersebut. Faktor tersebut disebut sebagai FAKTOR RESIKO.
Enam puluh sampai tujuh puluh persen (60-70%) orang dengan kanker payudara tidak memiliki satu pun dari faktor resiko, sementara sekelompok orang lain yang memiliki faktor resiko tidak terkena kanker payudara sampai akhir hayatnya.
Faktor Resiko untuk terkena kanker payudara ada yang dapat dihindari (preventable) dan ada yang tidak dapat dihindari (un-preventable).
Faktor resiko yang tidak dapat dihindari adalah yang berhubungan dengan faktor genetik, seperti:
• Gender
Kanker payudara 100 x lebih sering pada wanita daripada laki-laki
• Umur
Di Amerika 2 dari 3 wanita dengan kanker payudara yang telah menginvasi jaringan sekitar terdiagnosis setelah usia 55 tahun
• Ras
Kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita dari ras kaukasia
• Riwayat Keluarga
Keluarga dengan riwayat kanker payudara atau kanker indung telur lebih beresiko terkena kanker payudara
• Faktor genetik
Pada genetik dengan gen BRCA 1 dan BRCA 2 yang termutasi
• Riwayat menstruasi
Menarche di usia dini (sebelum 12 tahun) dan menopause yang lambat (setelah 55 tahun) berhubungan dengan lamanya paparan sel kelenjar payudara terhadap hormon estrogen
• Riwayat reproduksi
Tidak memiliki anak atau melahirkan anak pertama pada usia diatas 35 tahun
• Payudara yang padat (dense breast)
Payudara yang padat mempunyai resiko 6x lebih besar untuk terkena kanker payudara dan lebih sulit untuk mendeteksi bila ada kanker payudara di dalamnya. Payudara padat bukan ditentukan oleh kekenyalan payudara saat diraba namun dilihat dari hasil mammografi yang menunjukkan gambaran kelenjar yang lebih banyak dari jaringan lemak (stroma) di sekitarnya.
Faktor resiko yang dapat dihindari adalah faktor lingkungan dan gaya hidup, seperti:
• Kurangnya aktifitas fisik
• Konsumsi lemak tinggi, kurang serat dari buah dan sayur
• Obesitas terutama setelah menopause
• Minum alkohol
• Terapi radiasi di daerah dada sebelum usia 30 tahun
• Terapi hormon pengganti kombinasi (Hormone Replacement Therapy (HRT)
Dalam dekade terakhir penanganan kanker payudara telah menunjukkan kemajuan yang sangat berarti. Di Indonesia, kematian akibat kanker payudara telah menurun setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena kanker payudara telah ditemukan lebih dini, sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Sayangnya, belum semua sahabat perempuan mengetahui fakta ini sehingga seringkali terlambat berobat. Untuk itu Program Deteksi Dini telah menjadi sebuah keharusan, dimana terdapat langkah-langkah pencegahan agar tidak terlambat penanganannya.
Mengenal payudara sendiri dengan memeriksa payudara sendiri (SADARI) 1 bulan sekali satu minggu setelah masa menstruasi berakhir. Caranya, yaitu
PANDUAN AMERICAN CANCER SOCIETY (ACS) Untuk SADARI
20 - 50 tahun Lakukan prosedur SADARI sebulan sekali, 7 hingga 10 hari sesudah menstruasi mulai.
> 50 tahun Lakukan prosedur SADARI pada hari yang sama setiap bulannya.
Walaupun tidak ada keluhan di payudara, mulailah memeriksakan diri ke dokter ahli payudara sejak usia 20 tahun, khususnya bila mempunyai riwayat keluarga yang mempunyai kanker payudara. Bagaimanapun, dokter lebih mengetahui apa yang harus diperiksa pada payudara, mempunyai kepekaan terhadap kelainan dalam payudara yang lebih tinggi dan segera mendiagnosis serta mengarahkan pada pemeriksaan lain yang diperlukan jika menemukan kelainan pada payudara.
PANDUAN AMERICAN CANCER SOCIETY (ACS) Untuk Periksa ke Dokter Ahli Payudara
20 - 40 tahun Setiap satu - tiga tahun sekali
> 40 tahun Satu tahun sekali
Pemeriksaan Mammografi di Rumah Sakit Onkologi Surabaya menggunakan Digital Mammografi sehingga dapat mendeteksi kanker payudara dengan ukuran < 4 mm (bintik-bintik kapur/mikrokalsifikasi). Skrinning Mammografi dilakukan pada usia > 35 tahun dan 7 hari setelah berhenti menstruasi.Sampai saat ini mammografi adalah alat skrining/deteksi dini kanker payudara yang paling terpercaya. Mammografi dapat mendeteksi kanker payudara yang berukuran amat kecil, yang belum teraba oleh tangan seorang ahli. Pemeriksaan mammografi untuk skrining dilakukan pada wanita 35 tahun ke atas, 7 sampai 10 hari sesudah menstruasi selesai agar payudara tidak nyeri saat dilakukan penekanan oleh alat mammografi. Pada wanita yang lebih muda dilakukan USG payudara sebagai sarana skrining.
PANDUAN AMERICAN CANCER SOCIETY (ACS) Untuk Mammografi
35 - 40 tahun Mammografi pertama
40 - 50 tahun Setiap sekali atau dua kali dalam setahun.
> 50 tahun Setiap tahun
Lakukan mammografi di tempat yang tepat. Breast radiologist yang dianggap kompeten adalah yang telah membaca >500 mammografi/tahun dan melakukan USG payudara >1000 kali/tahun.
Pemeriksaan USG Payudara bergantung dari dokter radiologi yang memeriksa (operator dependent). Di Rumah Sakit Onkologi Surabaya, pemeriksaan USG payudara dilakukan oleh dokter radiologi khusus payudara (Breast Radiologist) yang sudah memiliki sertifikat dan telah melakukan pemeriksaan USG payudara pada lebih dari 1000 orang pasien dalam setahun. Ketelitian dan ketepatan diagnosis dokter radiologi diukur secara berkala dengan menghitung kecocokan diagnosis yang dilaporkan dengan hasil patologi (biopsi atau operasi). Skrinning USG Payudara dilakukan pada usia < 35 tahun.
Dengan ditemukannya kanker payudara dalam stadium yang lebih dini, harapan sembuh akan lebih besar dan wanita tidak perlu kehilangan payudaranya (Cancer Journal, 1996)
Jika pada payudara dirasakan ada benjolan, maka tidak perlu panik. Segeralah periksakan diri ke dokter ahli payudara untuk menentukan apakah benjolan itu berbahaya atau tidak. Untuk memastikan apakah benjolan di payudara itu kanker atau bukan diperlukan beberapa tahapan pemeriksaan yang disebut TRIPLE DIAGNOSTIC PROCEDURE yaitu:
Alur pemeriksaan di Rumah Sakit Onkologi Surabaya untuk memastikan benjolan di payudara: